BerandaTabananTradisi Nangluk Merana, Ratusan Warga Subak Rejasa Ikuti Prosesi Bersama Raja Tabanan

Tradisi Nangluk Merana, Ratusan Warga Subak Rejasa Ikuti Prosesi Bersama Raja Tabanan

TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Ratusan warga Subak Rejasa, Desa Pekraman Rejasa, Kecamatan Penebel, melaksanakan prosesi Nangluk Merana bersama Ida Cokorda Anglurah, Raja Tabanan XXIV, pada Kamis (11/9).

Upacara sakral yang digelar setiap lima hingga sepuluh tahun sekali ini merupakan tradisi keagamaan dan budaya masyarakat subak untuk memohon keselamatan, menolak bala, serta menjaga kelimpahan hasil panen.

Prosesi diawali dari Pura Ulun Suwi, kemudian berlanjut ke Pura Puseh, Bale Agung, dan Desa. Selanjutnya, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Pura Bedugul Dangin dan Pura Bedugul Kauh yang berada di Desa Pekraman Rejasa. Tidak hanya itu, persembahan juga dihaturkan di Pura Puseh, Bale Agung, dan Desa di Desa Pekraman Pacut, Penebel.

Dalam prosesi tersebut, Ida Cokorda Anglurah ditandu secara bergiliran oleh warga subak mengelilingi kawasan persawahan sejauh kurang lebih tujuh kilometer. Sepanjang perjalanan, warga mendirikan penjor di area sawah masing-masing serta menghaturkan bebantenan. Sambil ditandu, Raja Tabanan mengibaskan keris pusaka sebagai simbol untuk menolak gangguan niskala.

Menurut Ida Cokorda Anglurah, kehadirannya dalam prosesi kali ini tidak lepas dari serangan hama atau “merana” yang cukup ganas menyerang lahan pertanian warga. “Biasanya warga Subak hanya datang ke Puri Tabanan nunas Pekuluh berupa tirta. Namun, karena hama yang menyerang kali ini begitu ganas, maka prosesi Nangluk Merana perlu dilaksanakan,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa prosesi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga wujud keseimbangan alam. Melalui persembahan bebantenan serta sembah bakti warga di pura, diyakini segala rerancangan berupa hama seperti tikus, ulat, wereng, maupun burung dapat ditanggulangi secara niskala. “Dengan ketulusan warga menghaturkan bakti kepada Ida Sanghyang Widi Wasa melalui prabawa Ida Betara yang melinggih di pura, keseimbangan itu akan tercapai,” tambahnya.

Baca Juga:  Ketua DPRD Pimpin Sidang, Sanjaya Ungkap Empat Ranperda

Sebagai penutup rangkaian, warga Subak nunas Tirta dan Ulam di Pura Ulun Suwi. Tirta kemudian dipercikkan, sementara ulam ditaburkan di lahan persawahan masing-masing. Hal ini menjadi simbol pembersihan sekaligus harapan agar tanaman padi tumbuh subur, terhindar dari hama, dan menghasilkan panen yang melimpah.

Prosesi Nangluk Merana menjadi bukti kuat bagaimana masyarakat subak di Bali menjaga tradisi leluhur sekaligus mengaitkannya dengan kebutuhan nyata, yakni perlindungan lahan pertanian dari serangan hama.

Tradisi ini juga menegaskan peran penting Raja Tabanan sebagai figur spiritual yang hadir di tengah masyarakat, menyatukan doa dan usaha demi tercapainya kesejahteraan bersama.[nj]

 

BERITA LAINNYA

ARSIP BERITA

Silahkan pilih bulan untuk melihat Arsip Berita.

BERITA POPULER

error: Konten ini terlindungi.