DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Tim Penggerak (TP) PKK memiliki tugas dan tangggungjawab mensosialisasikan tentang pola asuh yang baik dan tepat sesuai usia pertumbuhan anak-anak. Diharapkan dengan begitu nantinya akan tumbuh putra-putri suputra yang berlandaskan budi pekerti, berbekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguasaan digital.
Demikian disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster saat membuka webinar Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital (PAAREDI) secara virtual, di Jaya Sabha, Denpasar, Rabu (16/6).
Dikatakan Ny. Putri Koster, Tim Penggerak PKK Provinsi Bali sebagai organisasi kemasyarakatan pemberdayaan perempuan memiliki tugas untuk membantu pemerintah dengan berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Salah satunya mewujudkan masyarakat dengan generasi berbudi pekerti, ahlak mulia dan berkarakter mandiri.
“Untuk mendapatkan generasi yang mandiri dan berkepribadian matang melalui pembekalan wawasan baik, diperlukan pengayoman dan penanaman tanggung jawab di dalam dirinya yang didapatkan dari sebuah pengalaman. Karena hidup layaknya sebuah busur panah yang dilepaskan dengan arah terfokus akan mampu menemukan tujuan yang diinginkan.
Hal ini semua berdasarkan dari pola asuh orangtua terhadap anak-anaknya, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, bertanggung jawab, penuh rasa empati dan simpati terhadap orang lain untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab di masa depan,” ungkap Ny. Putri Koster.
Untuk menjadi role model (panutan) bagi anak-anak, lanjut Ny. Putri Koster, maka orangtua disarankan agar terus belajar dan membekali diri agar tidak tertinggal informasi dan mampu mengikuti teknologi atau informasi digital. Dengan melakukan positive parenting (pengasuhan positif), maka penguatan perilaku dalam membentuk karakter anak dapat menjadi terarah, dan visi sebagai orangtua untuk mengontrol anak saat menggunakan gadget dalam mengakses link dapat terawasi.
Oleh karena itu, kata dia, orang tua juga harus menjadi contoh bagi anak, khususnya menjadi contoh yang baik terutama saat penggunaan gadget. “Orangtua perlu memberikan batasan maksimal bagi anak-anak untuk menggunakan gadget terutama bagi mereka yang masih berusia di bawah 10 tahun. Namun orangtualah yang harus menerapkan pembatasan maksimal (hitungan maksimal hitungan jam) menggunakan gadget setiap harinya,” kata Ny. Putri Koster.
Sebab menurut Ny. Putri Koster, perilaku orangtua tentu saja akan menjadi contoh bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Sehingga, tambahnya, penting bagi orangtua untuk membekali pemahaman wawasan dan ilmu yang patut dilakukan saat berada bersama buah hatinya.
“Siapkan waktu khusus bagi keluarga terutama anak-anak agar mereka tidak kehilangan momentum kebersamaan dengan orangtua. Di samping itu perlu juga dilakukan pengawasan situs yang di akses oleh putra-putri kita saat mereka menggunakan gadget.
Jangan sampai mereka lupa dengan kewajiban dan tugas mereka sebagai siswa dan generasi yang harus membekali diri dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Jangan sampai kelengahan kita yang menghabiskan waktu di luar ruamh mengakibatkan anak-anak kita bebas mengakses situs negatif (terutama situs porno dan konten negative lainnya) yang nantinya berperan keras menghancurkan generasi muda sebagai penerus kemajuan bangsa,” terang Ny. Putri Koster dalam arahannya.
Sementara Psikolog Diana Setiawati mengatakan bahwa tata cara pola asuh yang dilakukan oleh orangtua akan sangat mempengaruhi karakter anak ke depannya. Apapun yang mereka terima di masa pertumbuhannya akan menjadi landasan dan contoh yang akan ditiru mereka nantinya. Sehingga sangat penting bagi orangtua untuk menanamkan sifat dan rasa empati terhadap lingkungan sekitar mereka berada dari sejak usia dini. Selain itu dengan mengutamakan diskusi dan komunikasi yang aktif akan menjadikan anak lebih terbuka terhadap orangtuanya.
“Kita harus menjadi contoh bagi anak anak, pendekatan yang harus dilakukan oleh orangtua melalui interaksi yang positif dengan mengenalkan konten yang layak untuk ditonton saat mereka menggenggam gadget secara otomatis menanamkan edukasi tersendiri bagi si anak.
Sedangkan bagi orangtua yang ingin menumbuhkan disiplin bagi anak-anaknya untuk tidak terlalu lama berkutat dengan gadget, maka orangtua harus memantau dan mematok waktu untuk mengukur keaktifan mereka bermedia sosial atau membuka situs di internet. Sedangkan untuk menghindari munculnya rasa malas pada anak, maka orangtua perlu memberikan kegiatan pengganti bagi anak-anak,” jelasnya.
Sedangkan Ricky Aurelius Nurtanto Diaz mengatakan bahwa perkembangan informasi dan teknologi memang pantas dan wajib untuk dipelajari dan dikuasai, namun jangan sampai perkembangan dunia digital ini menyebabkan anak-anak kehilangan waktu kebersamaan dengan keluarga. Karena perkembangan IT jika diabaikan akan semakin tertinggal. Ini disebabkan saat ini sistem bisnis atau aktivitas jual-beli juga dilakukan secara online terlebih sejak pandemi Covid-19.
“Apapun yang dilakukan melalui dunia maya atau media sosial akan mampu mendatangkan uang, apabila generasi kita mampu memunculkan konten yang menghibur dan menarik penonton yang menyukainya. Namun sebaiknya orangtua tidak membiarkan anak-anak mereka terlalu larut untuk berselancar di dunia digital, selain akan mempengaruhi karakter mereka yang mengakibatkan mereka akan lupa terhadap dunia nyata, juga akan menutup kepedulian terhadap lingkungan terdekatnya,” tutur Ricky Aurelius Nurtanto Diaz.
Dengan dilaksanakannya webinar Pola Asuh Anak dan Remaja Di Era Digital ini, Ny. Putri Koster selaku Ketua Tim Penggerak Provinsi Bali mengajak para kader TP PKK seluruh Bali, baik yang ada di pedesaan ataupun di perkotaan untuk terus mensosialisasikan 10 Program Pokok PKK.
Salah satunya terkait dengan tata cara pola asuh anak, di mana sesibuk apapun seorang ibu, harus tetap ingat dengan ranah domestik yang melekat pada tanggung jawab dan kewajibannya untuk tidak mengabaikan kebersamaan bersama keluarga khususnya meluangkan waktu bersama anak-anak.
Agar mereka tumbuh menjadi putra-putri yang suputra, generasi yang mandiri dan bertanggung jawab dengan kecerdasan sebagai bekalnya baik di bidang digital serta juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Webinar ini dihadiri pula oleh Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Desa dan Catatan Sipil Bali, Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bali, Kepala BKKBN Bali dan Kader Tim Penggerak se-Bali ini menghadirkan dua (2) narasumber, yakni Ni Gusti Ketut Diana Setiawati selaku Ketua Ikatan Psikologi Klinis Wilayah Bali dan Ricky Aurelius Nurtanto Diaz selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi STIKOM.[rls]